Senin, 24 Februari 2014
Yuuk Order Oriflame (andi.ayuocto@gmail.com)
<a
href="http://ecatalogue.oriflame.co.id/6595077?per=201402&pStartPg=0"
style="text-decoration : none;" > <img
src="http://id.oriflame.com/catalog-images/brochure/in_ID/201402/4E2CE907C04386BC9188A49E0CDE0E56B53A2FAB/1_s.jpg"
border="0" style="width:120px;" alt="Oriflame Cosmetics
"></img><p><font color="#333333" >
</font></p></a>
<p><a
href="http://ecatalogue.oriflame.co.id/6595077?per=201402&pStartPg=0"
style="text-decoration : none;" ><font color="#333333"
>Oriflame Cosmetics</font></a></p>
Rabu, 19 Februari 2014
laporan gizi buruk
LAPORAN
PENDAHULUAN
ANAK
DENGAN GIZI BURUK
A.
DEFINISI
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan
kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan
makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya
diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.
Menurut Depkes (2002), status gizi
merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu
saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.
Dalam menetukan klasifikasi status
gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri
yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization – National
Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi
dibagi menjadi empat :
1. Gizi
lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
2. Gizi
baik untuk well nourished.
3. Gizi
kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori
Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi (
PEM ) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan Protein.
4. Gizi
buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor.
a. Marasmus
yaitu keadaan kurang kalori.
b. Kwarshiorkor
ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa
dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).
c. Marasmus
kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan
berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1. Berat
badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).
2. Berat
badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
3. Berat
badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
4. Berat
badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat).
A.
PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi
katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat
dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah
gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan
hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme.
Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat
dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan
menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga
transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak di hati.
B.
ETIOLOGI
1. Agen
a. Makanan
tidak seimbang
b. Penyakit
infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak
cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola
pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan
sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan
kesehatan dasar yang tidak memad
2. Host
a. Berat
Badan Lahir Anak Balita
b. Status
Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah
penyakit dan kematian anak balita yang disebabkan oleh wabah yang sering
terjangkit, artinya anak balita yang telah memperoleh imunisasi yang lengkap
sesuai dengan umurnya otomatis sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit
tertentu maka jika ada kuman yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan
membentuk antibodi terhadap kuman tersebut.
a. Status
ASI Eksklusif
ASI mengandung gizi yang cukup
lengkap untuk kekebalan tubuh bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan
sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu
formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu
formula sangat susah diserap usus bayi sehingga dapat menyebabkan susah buang
air besar pada bayi. Proses pembuatan susu formula yang tidak steril
menyebabkan bayi rentan terkena diare. Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya
kurnag gizi pada anak.
b. Pemberian
Kolostrum
c. Tingkat
pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang
merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena
dengan tingkat pendidkan yang lebih tingggi diharapkan pengetahuan atau
informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
d. Pengetahuan
Gizi Ibu
Pengetahuan tentang gizi sangat
diperlukan agar dapat mengatasi masalah yang timbul akibat konsumsi gizi.
Wanita khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi
makanan bagi keluarga, ibu harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui
pendidikan formal maupun informal.
e. Pekerjaan
Ibu
Meningkatnya kesempatan kerja
wanita dapat mengurangi waktu untuk tugas-tugas pemeliharaan anak, kurang
pemberian ASI.
f. Jumlah
Anak dalam Keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang
tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan
keluarga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi
makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang
tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi
diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling
terpengaruh oleh kekurangan pangan.
g. Penyakit
Infeksi
Gizi kurang menghambat reaksi
imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit
infeksi. Penyakit infeksi pada anak-anak yaitu Kwashiorkor atau Marasmus sering
didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan
penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare.
1. Environment
(Lingkungan)
a. Akses
atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan kebersihan
lingkungan.
b. Tidak
cukupnya persediaan pangan di keluarga (household food insecurity).
B.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Secara
umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap lanjut
anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2. Gejala
terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau
mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
3. Sebagian
besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat. Edema
ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4. Jaringan
otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek.
5. Kelainan
gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada
sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga
bisa terjadi.
6. Rambut
berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau
putih, juga dikenal signo de bandero.
C.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan
laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap, elektrolit
serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan
laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom
karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan
hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang
menurun
2. Pemeriksaan
radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.
3. Tes
mantoux
4. EKG
D.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan
adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat badannya kurang. Selain
itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit yang
berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh
2. Pengkajian
komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan
anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
klien dan lain-lain.
3. Pengkajian
secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan
status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor
adalah :
a. Keadaan
Umum
Pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada
tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor
seperti anak gemuk (sugar baby).
b. Tumbuh
Kembang
Gejala penting ialah pertumbuhan
yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan
dengan anak sehat.
c. Keadaan
Psikologis
Biasanya penderita cengeng, hilang
nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya
juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif. Perubahan mental bisa menjadi tanda
anak mengalami dehidrasi. Gizi buruk dapat mempengaruhi perkembangan mental
anak. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan hal tersebut: karakteristik
perilaku anak yang gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan
lingkungannya dan keadaan ini selanjutnya akan menimbulkan outcome perkembangan
yang buruk, hipotesis lain mengatakan bahwa keadaan gizi buruk mengakibatkan
perubahan struktural dan fungsional pada otak.
d. Status
cairan dan elektrolit
Pada sebagian besar penderita
ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat pitting. Edema
terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan hormonal
akibat dari gangguan eliminasi ADH.
\
e. Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai,
baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita
kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada
penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang
dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang. Rambut yang
mudah dicabut di daerah temporal (Signo de la bandera) terjadi karena kurangnya
protein menyebabkan degenerasi pada rambut dan kutikula rambut yang rusak.
Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein) sehingga kurangnya protein akan
menyebabkan kelainan pada rambut. Warna rambut yang merah (seperti jagung)
dapat diakibatkan karena kekurangan vitamin A, C, E.
f. Kulit
Kulit penderita biasanya kering
dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering
ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit karena habisnya cadangan energi
maupun protein. Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang
khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan
bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian
tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan
disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa
poplitea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian
dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan
berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan
bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam
oleh hiperpigmentasi. Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang
terjadi radang pada kulit.
g. Gigi
dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor
didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga
ditemukan caries pada gigi penderita.
.
h. Hepar
Pada biopsi hati ditemukan
perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati
mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis,
dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi
faktor lipotropik.
i.
Sirkulasi
Anemia ringan selalu ditemukan pada
penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit
(ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga
terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan
darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein
dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan
sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan
sistem komplimen. Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi
jantung disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia.
j.
Pankreas
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar
lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan. Pada
pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan produksi enzim pankreas
terutama lipase.
k. Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala
yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala
pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde
lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3
masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa,
dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati,
defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus. Pada anak
dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase.
l.
Otot
Massa otot berkurang karena
kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk dijadikan kalori demi
penyelamatan hidup.
m. Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan
terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR menurun.
E.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Dx I: Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare
(Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria:
-
Keluarga
klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
-
Dengan
bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per
sonde/per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi
klien
2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga
untuk melakukannya sendiri.
3. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit
setiap pagi.
|
1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi
untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang
telah diberikan selama hospitalisasi.
2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
3. Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi
defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
4. Menilai
perkembangan masalah klien.
|
2. Dx II: Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan
asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare (Carpenito, 2000, hal.
411-419).
Tujuan : Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang
adekuat
Kriteria:
-
Asupan
cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
-
Tidak
ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi
defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).
Intervensi
|
Rasional
|
Lakukan/observasi
pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.
Jelaskan kepada
keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari
keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde.
Kaji perkembangan
keadaan dehidarasi klien.
Hitung balans cairan.
|
Upaya rehidrasi
perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.
Meningkatkan
pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam
pelaksanaan terpi rehidrasi.
Menilai
perkembangan masalah klien.
Penting untuk
menetapkan program rehidrasi selanjutnya.
|
3. Dx III: Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat (Carpenito,
2000, hal. 448-460).
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
sesuai standar usia.
Kriteria:
-
Pertumbuhan
fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
-
Perkembangan
motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan
fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program
terapi diet pemulihan.
3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan
usia klien.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan (Puskesmas/Posyandu)
|
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem
pencernaan.
3. Menilai perkembangan masalah klien.
4. Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan
perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.
|
Langganan:
Postingan (Atom)